BIDANG BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR



Disusun Oleh:
Trubus Triyantono,S.Pd

Pelayanan bimbingan dan konseling di SD mengacu kepada perkembangan siswa SD yang tengah menempuh pendidikan tingkat dasar, beradaptasi dengan lingkungan yang lebih luas dan belajar bersosialisasi dengan mengenal berbagai aturan, nilai dan norma-norma secara sistematik, luas dan konperehensif, serta mempersiapkan diri untuk menatap masa depan. Sejalan dengan itu pelayanan bimbingan dan konseling juga memperhatikan kekhususan tujuan pendidikan dan kurikulum SD.
Materi bimbingan dan konseling di SD termuat ke dalam keempat bidang pendidikan, yaitu bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier.
A. BIDANG BIMBINGAN PRIBADI
Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa SD menemukan dan memahami semua mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mandiri aktif dan kreatif, serta sehat jasmani dan rohani. Bidang bimbingan ini meliputi pokok-pokok materi berikut :
1.Penanaman sikap dan kebiasaan dalam beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2.Pengenalan dan pemahaman tentang kekuatan diri sendiri dan penyalurannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatifdan produktif, baik dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, maupun untuk perannya di masa depan.
3.Pengenalan dan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan produktif.
4.Pengenalan dan pemahaman tentang kelemahan diri sendiri dan usaha-usaha penanggulangannya
5.Pengembangan kemampuan mengambil keputusan sederhana dan mengarahkan diri.
6.Perencanaan serta penyelenggaraan hidup sehat.
B. BIDANG BIMBINGAN SOSIAL
Dalam bidang bimbingan sosial, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa SD dalam proses sosialisasi untuk mengenal dan berhubungan dengan lingkungan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan rasa tanggung jawab. Bidang bimbingan ini memuat pokok-pokok materi berikut :
1.Pengembangan kemampuan berkomunikasi baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif.
2.Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial. Baik dirumah, di sekolah, maupun dimasyarakat dengan menjunjung tinggi tata krama, sopan santun serta nilai-nilai agama, adat, peraturan dan kebiasaan yang berlaku.
3.Pengembangan hubungan yang dinamis dan harmonis serta produktif dengan teman sebaya.
4.Pengenalan dan pemahaman peraturan dan tuntutan sekolah, rumah dan lingkungan, serta kesadaran untuk melaksanakannya.
C. BIDANG BIMBINGAN BELAJAR
Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa SD mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan dan ketrampilan, serta menyiapkannya untuk melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Bidang bimbingan ini membuat pokok-pokok materi berikut :
1.Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari berbagai sumber balajar, bersikap terhadap guru dan nara sumber lainnya, mengikuti pelajaran sehari-hari, mengerjakan tugas (PR), mengembangkan keterampilan belajar, dan menjalani program penilaian.
2.Pengembangan disiplin belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun kelompok.
3.pemantapan dan pengembangan penguasaan materi pelajaran di SD.
4.Orientasi belajar di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.
D. BIDANG BIMBINGAN KARIER
Dalam bidang bimbingan karier, pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa SD mengenali dan mulai mengarahkan diri untuk masa depan karier. Bidang bimbingan ini memuat pokok-pokok materi berikut :
1.Pengenalan awal terhadap dunia kerja dan usaha memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
2.Pengenalan, orientasi dan informasi karier pada umumnya, secara sederhana.
3.Pengenalan dan pemahaman diri secara awal berkanaan dengan kecenderungan karier yang hendak dikembangkan.
4.Orientasi dan informasi sederhana terhadap pendidikan yang lebih tinggi, khususnya dalam kaitannya dengan karier yang hendak dikembangkan.
Catatan :
Bimbingan karier di SD merupakan kegiatan yang paling awal dan mendasar bagi pengembangan karier secara menyeluruh sepanjang hayat. Materi bimbingan karier yang diberikan pada tingkat ini bersifat umum dan tidak mengarah pada jenis-jenis jabatan/ pekerjaan tertentu. Pemberian materi bimbingan karier untuk siswa-siswa SD pada umumnya dimaksudkan untuk :
-Mengembangkan sikap positif terhadap segala jenis pekerjaan.
-Membawa para siswa untuk menyadari betapa luasnya dunia kerja yang ada.
-Menjawab berbagai pertanyaan para siswa tentang pekerjaan.
-Menekankan jasa dari masing-masing jenis pekerjaan, yaitu untuk kesejahteraan hidup rumah tangga dan masyarakat.
Informasi pekerjaan untuk siswa kelas tinggi SD Perlu diperluas dan diperkuat. Hal ini bertujuan agar mereka memahami bahwa :
-Pekerjaan ada di mana-mana, ditingkat desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, negara, dan bahkan dunia.
-Terdapat saling ketergantungan antara pekerjaan yang satu dengan yang lainnya.
-Baik kemampuan khusus maupun ciri-ciri kepribadian tertentu diperlukan untuk mencapai keberhasilan bagi sebagian besar jenis pekerjaan.
-Untuk memilih suatu pekerjaan diperlukan informasi yang tepat, yaitu tentang hakekat pekerjaan itu sendiri, latihan yang diperlukan, kondisi kerja, dsb.
-Ada antara pekerjaan yang satu dengan yang lainnya.
-Baik kemampuan khusus maupun ciri-ciri kepribadian tertentu diperlukan untuk mencapai keberhasilan (kesuksesan) bagi sebagian besar jenis pekerjaan.
-Untuk memilih suatu pekerjaan diperlukan informasi yang tepat, yaitu tentang hakekat pekerjaan itu sendiri, latihan yang diperlukan, kondisi kerja, dsb.
-Ada berbagai masalah yang mungkin dihadapi oleh orang-orang yang menginginkan pekerjaan tertentu.
-Untuk memilih pekerjaan atau karier di masa depan perlu kehati-hatian dan pertimbangan yang matang. Baca Selanjutnya..
Labels : news investment systems Anti Vir free template car body design

KETERAMPILAN BERTANYA





Mengajar adalah satu pekerjaan professional, yang menuntut kemampuan yang kompleks untuk dapat melakukannya. Sebagaimana halnya pekerjaan professional yang lain, pekerjaan seorang guru menuntut keahlian tersendiri sehingga tidak setiap orang mampu melakukan pekerjaan tersebut sebagaimana mestinya. Ada seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Perangkat kemampuan tersebut disebut kompetensi guru. Agar dapat melaksanakan tugas dengan baik, guru dipersyaratkan untuk menguasai ketrampilan dasr mengajar, yang merupakan salah satu aspek penting dalam kompetensi guru.
Ketrampilan dasar mengajar merupakan satu ketrampilan yang menuntut latihan yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan terhadap ketrampilan ini memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara efektif. Keterampilan dasar mengajar bersifat generik, yang berarti bahwa keterampilan ini perlu dikuasai pleh semua guru, baik guru TK, SD, SLTP, SLTA maupun dosen di Perguruan Tinggi. Dengan pemahaman dan pengasaan keterampilan dasar mengajar, guru diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Menurut hasil penelitian Turney ( 1979 ), terdapat 8 keterampilan dasar mengajar yang dianggap menentukan keberhasilan pembelajaran. Keterampilan yang di maksud yaitu :
keterampilan bertanya
keterampilan memberi penguatan
keterampilan mengadakan variasi
keterampilan menjelaskan
keterampilan membuka dan menutup pelajaran
keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
keterampilan mengelola kelas, serta
keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan.
Kegiatan bertanya dilakukan oleh semua orang tanpa memandang batas umur. Anak kecil sering menanyakan hal - hal yang ingin diketahuinya, bahkan dalam masa perkembangan anak ada masa yang di sebut “ masa apa itu “, yaitu masa anak kecil mempertanyakan segala sesuatu yang dilihatnya. Orang muda adan orang tua juga merasa perlu mengajukan pertanyaan jika berhadapan dengan suatau masalah yang harus dipecahkan.
Dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan bertanya cukup mendominasi kelas. Serentetan hasil penilaian yang dilakukan sejak awal abad ke 20 tentang kepatan bertanya melaporkan hasil yang serupa, yaitu bahwa guru menggunakan 30% dari waktunya untuk bertanya, G.A. Brown dan R. Edmondson ( 1984 ). Data Hil menunjukan betapa pentingnya kegiatan bertanya dalam proses pembelajaran.
Pada umumnya, tujuan bertanya adalah untuk memperoleh informasi. Namun kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru, tidak hanya bertujuan untuk memperoleh informasi, tetapi juga untuk meningkatkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa. Dengan demikian, pertanyaan yang diajukan guru tidak semata – mata bertujuan mendapatkan informasi tentang pegetahuan siswanya, tetapi yang jauh lebih penting adalah untuk mendorong para siswa berpartisIPSsi aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Pertanyaan yang diajukan guru akan berpengaruh terhadap jawaban siswa. Pertanyaan yang jelas dan singkat akan mendapat jawaban yang jelas pula. Demikian pula cara guru mengajukan pertanyaan akan mempengaruhi jawaban siswa. Pertanyaan yang diajukan dengan penuh kehangatan dan rasa simpati akan mendapat respon yang berbeda dengan pertanyaan yang diajukan secara dingin dan sikap tak acuh.
Ada 4 alasan mengapa seorang guru perlu menguasai keterampilan bertanya. Pertama, pada umumnya guru masih cenderung mendominasi kelas dengan metode ceramahnya. Guru masih beranggapan bahwa dia adalah sumber informasi, sedangkan siswa adalah penerima informasi. Karena anggapan yang demikian, siswa bersikap pasif dan menerima, tanpa keinginan/keberanian untuk mempertanyakan hal – hal yang menimbulkan keraguannya. Dengan dikuasainya keterampilan bertanya oleh guru, siswa dapat berfungsi sebagai sumber informasi. Kedua, Kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat kita tidak membiasakan anak untuk bertanya, sehingga keinginan anak untuk bertanya selalu terpendam. Situasi seperti ini menular kedalam kelas. Kesempatan bertanya yang diberikan guru tidak hanya dimanfaatkan oleh siswa, sedangkan guru tidak berusaha untuk menggugah keinginan siswa untuk bertanya. Ketiga, penerapan pendekatan CBSA dalam kegiatan pembelajaran menuntut keterlibatan siswa secara mentalektual. Salah satu ciri dari pendekatan ani adalah keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang hal – hal yang memang perlu dipertanyakan. Hal ini hanya mungkin terjadi jika guru sendiri menguasai keterampilan bertanya yang mampu menggugah keinginan saya untuk bertanya. Keempat, adanya anggapan bahwa pertanyaan yang diajukan guru hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
G.A. Brown dab R. Edmondson ( 1984 ) mendefinisikan pertanyaan sebagai : “segala pernyataan yang menginginkan tanggapan verbal ( lisan ) “. Dengan mengambil definisi ini, ketiga kalimat diatas dapat digolongkan pertanyaan. Dengan perkataan lain, pertanyaan tidak selalu dalam bentuk kalimat Tanya, tetapi dapat juga dalam bentuk kalimat perintah atau kalimat pertanyaan.
Turney ( 1979 ) mengidentifikasi 12 fungsi pertanyaan sebagai berikut :
1.membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topic.
2.memusatkan perhatian pada masalah tertentu.
3.menggalakkan penerapan belajar aktif
4.merangsang siswa mengajukan pertanyaan sendiri.
5.menstrukturkan tugas – tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara maksimal
6.mendiagnosis kesulitan belajar siswa
7.mengkomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran
8.menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan pemahaman tentang informasi yang diberikan
9.melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat mendorong mengembangkan proses berfikir
10.mengembangkan kebiasaan menanggapi pertanyaan teman atau pertanyaan guru
11.memberi kesempatan untuk belajar berdiskusi.
12.menyatakan perasaan dan pikiran yang murni kepada siswa Baca Selanjutnya..
Labels : news investment systems Anti Vir free template car body design

KONSEP MANAJEMEN SEKOLAH


A. Pengertian Manajemen Sekolah

Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah adminitrasi pendidikan. Dalam studi ini, penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan makna yang sama.
Selanjutnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa pengertian umum tentang manajemen yang disampaikan oleh beberapa ahli. Dari Kathryn . M. Bartol dan David C. Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995) memberikan rumusan bahwa :
“Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (planning), mengorganisasi (organizing), memimpin (leading), dan mengendalikan (controlling). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan”.

Sedangkan dari Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa:
“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djam’an Satori (1980) memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai “keseluruhan proses kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien”. Sementara itu, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal”.
Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa : (1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.

B. Fungsi Manajemen
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli, sebagai berikut:
Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) actuating (pelaksanaan); dan
(4) controlling (pengawasan).
Sedangkan menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) commanding (pengaturan);
(4) coordinating (pengkoordinasian); dan
(5) controlling (pengawasan).
Sementara itu, Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen, mencakup :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) staffing (penentuan staf);
(4) directing (pengarahan); dan
(5) controlling (pengawasan).
Selanjutnya, L. Gullick mengemukakan tujuh fungsi manajemen, yaitu :
(1) planning (perencanaan);
(2) organizing (pengorganisasian);
(3) staffing (penentuan staf);
(4) directing (pengarahan);
(5) coordinating (pengkoordinasian);
(6) reporting (pelaporan); dan
(7) budgeting (penganggaran).
Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan, di bawah akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam perspektif persekolahan, dengan merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi : (1) perencanaan (planning); (2) pengorganisasian (organizing); (3) pelaksanaan (actuating) dan (4) pengawasan (controlling).

1. Perencanaan (planning)
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise E. Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa: planning may be defined as the proses by which manager set objective, asses the future, and develop course of action designed to accomplish these objective. Sedangkan T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa :
“ Perencanaan (planning) adalah pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.”
Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T. Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan bahwa perencanaan: (a) membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan; (b) membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama; (c) memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran; (d) membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat; (e) memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi; (f) memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi; (g) membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami; (h) meminimumkan pekerjaan yang tidak pasti; dan (i) menghemat waktu, usaha dan dana.
Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan langkah-langkah pokok dalam perencanaan, yaitu :
1. Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : (a) menggunakan kata-kata yang sederhana, (b) mempunyai sifat fleksibel, (c) mempunyai sifat stabilitas, (d) ada dalam perimbangan sumber daya, dan (e) meliputi semua tindakan yang diperlukan.
2. Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya modal.
3. Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas.
Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko (1995) bahwa terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu : (a) menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan; (b) merumuskan keadaan saat ini; (c) mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan; (d) mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.
Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan bahwa atas dasar luasnya cakupan masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu perencanaan, maka perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu : (1) rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang, (2) rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang, dan (3) rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun perencanaan strategis.
Perencanaan strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalan dengan perkembangan lingkungan yang sangat pesat dan sangat sulit diprediksikan, seperti perkembangan teknologi yang sangat pesat, pekerjaan manajerial yang semakin kompleks, dan percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya.
Pada bagian lain, T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut:
1. Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini merupakan tanggung jawab kunci manajer puncak. Perumusan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan manajer. Nilai-nilai ini dapat mencakup masalah-masalah sosial dan etika, atau masalah-masalah umum seperti macam produk atau jasa yang akan diproduksi atau cara pengoperasian perusahaan.
2. Pengembangan profil perusahaan, yang mencerminkan kondisi internal dan kemampuan perusahaan dan merupakan hasil analisis internal untuk mengidentifikasi tujuan dan strategi sekarang, serta memerinci kuantitas dan kualitas sumber daya -sumber daya perusahaan yang tersedia. Profil perusahaan menunjukkan kesuksesan perusahaan di masa lalu dan kemampuannya untuk mendukung pelaksanaan kegiatan sebagai implementasi strategi dalam pencapaian tujuan di masa yang akan datang.
3. Analisa lingkungan eksternal, dengan maksud untuk mengidentifikasi cara-cara dan dalam apa perubahan-perubahan lingkungan dapat mempengaruhi organisasi. Disamping itu, perusahaan perlu mengidentifikasi lingkungan lebih khusus, seperti para penyedia, pasar organisasi, para pesaing, pasar tenaga kerja dan lembaga-lembaga keuangan, di mana kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi secara langsung operasi perusahaan.
Meski pendapat di atas lebih menggambarkan perencanaan strategik dalam konteks bisnis, namun secara esensial konsep perencanaan strategik ini dapat diterapkan pula dalam konteks pendidikan, khususnya pada tingkat persekolahan, karena memang pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang menghadapi berbagai tantangan internal maupun eksternal, sehingga membutuhkan perencanaan yang benar-benar dapat menjamin sustanabilitas pendidikan itu sendiri.
2. Pengorganisasian (organizing)
Fungsi manajemen berikutnya adalah pengorganisasian (organizing). George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa :
“Pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu”.
Lousie E. Boone dan David L. Kurtz (1984) mengartikan pengorganisasian : “… as the act of planning and implementing organization structure. It is the process of arranging people and physical resources to carry out plans and acommplishment organizational obtective”.
Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian pada dasarnya merupakan upaya untuk melengkapi rencana-rencana yang telah dibuat dengan susunan organisasi pelaksananya. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pengorganisasian adalah bahwa setiap kegiatan harus jelas siapa yang mengerjakan, kapan dikerjakan, dan apa targetnya.
Berkenaan dengan pengorganisasian ini, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan beberapa asas dalam organisasi, diantaranya adalah : (a) organisasi harus profesional, yaitu dengan pembagian satuan kerja yang sesuai dengan kebutuhan; (b) pengelompokan satuan kerja harus menggambarkan pembagian kerja; (c) organisasi harus mengatur pelimpahan wewenang dan tanggung jawab; (d) organisasi harus mencerminkan rentangan kontrol; (e) organisasi harus mengandung kesatuan perintah; dan (f) organisasi harus fleksibel dan seimbang.
Ernest Dale seperti dikutip oleh T. Hani Handoko mengemukakan tiga langkah dalam proses pengorganisasian, yaitu : (a) pemerincian seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi; (b) pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang logik dapat dilaksanakan oleh satu orang; dan (c) pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.
3. Pelaksanaan (actuating)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika : (1) merasa yakin akan mampu mengerjakan, (2) yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, (3) tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak, (4) tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan (5) hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
4. Pengawasan (controlling)
Pengawasan (controlling) merupakan fungsi manajemen yang tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi. Semua fungsi terdahulu, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi pengawasan. Dalam hal ini, Louis E. Boone dan David L. Kurtz (1984) memberikan rumusan tentang pengawasan sebagai : “… the process by which manager determine wether actual operation are consistent with plans”.
Sementara itu, Robert J. Mocker sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan definisi pengawasan yang di dalamnya memuat unsur esensial proses pengawasan, bahwa :
“Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan – tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.”
Dengan demikian, pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.
Selanjutnya dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko bahwa proses pengawasan memiliki lima tahapan, yaitu : (a) penetapan standar pelaksanaan; (b) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan; (c) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata; (d) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan; dan (e) pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan.
Fungsi-fungsi manajemen ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya, sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen. Dengan demikian, proses manajemen sebenarnya merupakan proses interaksi antara berbagai fungsi manajemen.
alam perspektif persekolahan, agar tujuan pendidikan di sekolah dapat tercapai secara efektif dan efisien, maka proses manajemen pendidikan memiliki peranan yang amat vital. Karena bagaimana pun sekolah merupakan suatu sistem yang di dalamnya melibatkan berbagai komponen dan sejumlah kegiatan yang perlu dikelola secara baik dan tertib. Sekolah tanpa didukung proses manajemen yang baik, boleh jadi hanya akan menghasilkan kesemrawutan lajunya organisasi, yang pada gilirannya tujuan pendidikan pun tidak akan pernah tercapai secara semestinya.
Dengan demikian, setiap kegiatan pendidikan di sekolah harus memiliki perencanaan yang jelas dan realisitis, pengorganisasian yang efektif dan efisien, pengerahan dan pemotivasian seluruh personil sekolah untuk selalu dapat meningkatkan kualitas kinerjanya, dan pengawasan secara berkelanjutan.
C. Bidang Kegiatan Pendidikan
Berbicara tentang kegiatan pendidikan, di bawah ini beberapa pandangan dari para ahli tentang bidang-bidang kegiatan yang menjadi wilayah garapan manajemen pendidikan. Ngalim Purwanto (1986) mengelompokkannya ke dalam tiga bidang garapan yaitu :
1. Administrasi material, yaitu kegiatan yang menyangkut bidang-bidang materi/ benda-benda, seperti ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan, gedung dan alat-alat perlengkapan sekolah dan lain-lain.
2. Administrasi personal, mencakup di dalamnya administrasi personal guru dan pegawai sekolah, juga administrasi murid. Dalam hal ini masalah kepemimpinan dan supervisi atau kepengawasan memegang peranan yang sangat penting.
3. Administrasi kurikulum, seperti tugas mengajar guru-guru, penyusunan sylabus atau rencana pengajaran tahunan, persiapan harian dan mingguan dan sebagainya.
Hal serupa dikemukakan pula oleh M. Rifa’i (1980) bahwa bidang-bidang administrasi pendidikan terdiri dari :
1. Bidang kependidikan atau bidang edukatif, yang menyangkut kurikulum, metode dan cara mengajar, evaluasi dan sebagainya.
2. Bidang personil, yang mencakup unsur-unsur manusia yang belajar, yang mengajar, dan personil lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar.
3. Bidang alat dan keuangan, sebagai alat-alat pembantu untuk melancarkan siatuasi belajar mengajar dan untuk mencapai tujuan pendidikan sebaik-baiknya.
Sementara itu, Thomas J. Sergiovani sebagimana dikutip oleh Uhar Suharsaputra (2002) mengemukakan delapan bidang administrasi pendidikan, mencakup : (1) instruction and curriculum development; (2) pupil personnel; (3) community school leadership; (4) staff personnel; (5) school plant; (6) school trasportation; (7) organization and structure dan (8) School finance and business management.
Di lain pihak, Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas (1999) telah menerbitkan buku Panduan Manajemen Sekolah, yang didalamnya mengetengahkan bidang-bidang kegiatan manajemen pendidikan, meliputi: (1) manajemen kurikulum; (2) manajemen personalia; (3) manajemen kesiswaan; (4) manajemen keuangan; (5) manajemen perawatan preventif sarana dan prasarana sekolah.
Dari beberapa pendapat di atas, agaknya yang perlu digarisbawahi yaitu mengenai bidang administrasi pendidikan yang dikemukakan oleh Thomas J. Sergiovani. Dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini, pandangan Thomas J. Sergiovani kiranya belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, terutama dalam bidang school transportation dan business management. Dengan alasan tertentu, kebijakan umum pendidikan nasional belum dapat menjangkau ke arah sana. Kendati demikian, dalam kerangka peningkatkan mutu pendidikan, ke depannya pemikiran ini sangat menarik untuk diterapkan menjadi kebijakan pendidikan di Indonesia.
Merujuk kepada kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas dalam buku Panduan Manajemen Sekolah, berikut ini akan diuraikan secara ringkas tentang bidang-bidang kegiatan pendidikan di sekolah, yang mencakup :
1. Manajemen kurikulum
Manajemen kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya. Tahapan manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap : (a) perencanaan; (b) pengorganisasian dan koordinasi; (c) pelaksanaan; dan (d) pengendalian.
Dalam konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006) mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap :
1. Tahap perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai : (1) analisis kebutuhan; (2) merumuskan dan menjawab pertanyaan filosofis; (3) menentukan disain kurikulum; dan (4) membuat rencana induk (master plan): pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.
2. Tahap pengembangan; meliputi langkah-langkah : (1) perumusan rasional atau dasar pemikiran; (2) perumusan visi, misi, dan tujuan; (3) penentuan struktur dan isi program; (4) pemilihan dan pengorganisasian materi; (5) pengorganisasian kegiatan pembelajaran; (6) pemilihan sumber, alat, dan sarana belajar; dan (7) penentuan cara mengukur hasil belajar.
3. Tahap implementasi atau pelaksanaan; meliputi langkah-langkah: (1) penyusunan rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran); (2) penjabaran materi (kedalaman dan keluasan); (3) penentuan strategi dan metode pembelajaran; (4) penyediaan sumber, alat, dan sarana pembelajaran; (5) penentuan cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar; dan (6) setting lingkungan pembelajaran
4. Tahap penilaian; terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk (CIPP) : Penilaian konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual, masalah-masalah dan peluang. Penilaian Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan, implementasi design dan cost benefit dari rancangan. Penilaian proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan dalam melaksanakan program. Penilaian product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program (identik dengan evaluasi sumatif)
2. Manajemen Kesiswaan
Dalam manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu : (a) siswa harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka; (b) kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang secara optimal; (c) siswa hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan; dan (d) pengembangan potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif, dan psikomotor.
3. Manajemen personalia
Terdapat empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu : (a) dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga; (b) sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik, sehingga mendukung tujuan institusional; (c) kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah; dan (d) manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah.
Disamping faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting dalam manajamen personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari para personil di sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap personil sekolah menjadi mutlak diperlukan.
4. Manajemen keuangan
Manajemen keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana, kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan.
Inti dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan baik yang bersumber pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya.
5. Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah
Manajemen perawatan preventif sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan yang dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah.
Dalam manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan pra saran, menyiapkan jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah.
Sedangkan untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim pelaksana, mengupayakan pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana, menyebarluaskan informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah, dan membuat program lomba perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk memotivasi warga sekolah Baca Selanjutnya..
Labels : news investment systems Anti Vir free template car body design

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah



Seorang kepala sekolah, di samping harus mampu melaksanakan proses manajemen yang merujuk pada fungsi-fungsi manajemen, juga dituntut untuk memahami sekaligus menerapkan seluruh substansi kegiatan pendidikan. Wayan Koster mengemukakan bahwa dalam konteks MPMBS, kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan: (1) menjabarkan sumber daya sekolah untuk mendukung pelaksanaan proses belajar mengajar, (2) kepala administrasi, (3) sebagai manajer perencanaan dan pemimpin pengajaran, dan (4) mempunyai tugas untuk mengatur, mengorganisir dan memimpin keseluruhan pelaksanaan tugas-tugas pendidikan di sekolah. Dikemukakan pula bahwa sebagai kepala administrasi, kepala sekolah bertugas untuk membangun manajemen sekolah serta bertanggungjawab dalam pelaksanaan keputusan manajemen dan kebijakan sekolah. Sementara itu, menurut pendapat Sanusi yang dikutip M. Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2002) bahwa : “ Perubahan dalam peranan dan fungsi sekolah dari yang statis di jaman lampau kepada yang dinamis dan fungsional-konstruktif di era globalisasi, membawa tanggung jawab yang lebih luas kepada sekolah, khususnya kepada administrator sekolah. Pada mereka harus tersedia pengetahuan yang cukup tentang kebutuhan nyata masyarakat serta kesediaan dan keterampilan untuk mempelajari secara kontinyu perubahan yang sedang terjadi di masyarakat sehingga sekolah melalui program-program pendidikan yang disajikannya dapat senantiasa menyesuaikan diri dengan kebutuhan baru dan kondisi baru “. Diisyaratkan oleh pendapat tersebut, bahwa kepala sekolah sebagai salah satu kategori administrator pendidikan perlu melengkapi wawasan kepemimpinan pendidikannya dengan pengetahuan dan sikap yang antisipatif terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, termasuk perkembangan kebijakan makro pendidikan. Wujud perubahan dan perkembangan yang paling aktual saat ini adalah makin tingginya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, dan gencarnya tuntutan kebijakan pendidikan yang meliputi peningkatan aspek-aspek pemerataan kesempatan, mutu, efisiensi dan relevansi.
Pada bagian lain, Idochi Anwar dan Yayat Hidayat Amir (2002) dengan mengutip dari Dirawat mengemukakan tentang pemikiran Bogdan bahwa dalam perspektif peningkatan mutu pendidikan terdapat empat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin pendidikan, yaitu : (1) kemampuan mengorganisasikan dan membantu staf di dalam merumuskan perbaikan pengajaran di sekolah dalam bentuk program yang lengkap; (2) kemampuan untuk membangkitkan dan memupuk kepercayaan pada diri sendiri dari guru-guru dan anggota staf sekolah lainnya; (3) kemampuan untuk membina dan memupuk kerja sama dalam mengajukan dan melaksanakan program-program supervisi; dan (4) kemampuan untuk mendorong dan membimbing guru-guru serta segenap staf sekolah lainnya agar mereka dengan penuh kerelaan dan tanggung jawab berpartisipasi secara aktif pada setiap usaha-usaha sekolah untuk mencapai tujuan-tujuan sekolah itu sebaik-baiknya.
Wildavsky (Sudarwan Danim, 2002) mengemukakan bahwa salah satu preposisi tentang kebijakan pendidikan bagi kepala sekolah atau calon kepala sekolah, bahwa “kompetensi minimal seorang kepala sekolah adalah memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam bidang keadministrasian sekolah; keterampilan hubungan manusiawi dengan staf, siswa dan masyarakat, dan keterampilan teknis instruksional dan non instruksional.” Hal serupa dikemukakan oleh Kantz dalam Segiovanni (Sudarwan Danim, 1995) bahwa dalam keseluruhan mekanisme kerja manajemen sekolah sebagai proses sosial, mengemukan tiga jenis keterampilan yang seyogyanya dimiliki oleh kepala sekolah, yaitu : (1) keterampilan teknis, yakni keterampilan yang berhubungan dengan pengetahuan, metode, dan teknik-teknik tertentu dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu; (2) keterampilan manusiawi yakni keterampilan yang menunjukkan kemampuan seorang manajer di dalam bekerja dengan orang lain secara efektif dan efisien; (3) keterampilan konseptual yakni keterampilan yang berkenaan dengan cara kepala sekolah memandang sekolah, keterkaitan sekolah dengan struktur di atasnya dan dengan pranata-pranata kemasyarakatan, serta program kerja sekolah secara keseluruhan.
Dilain pihak, Fred Luthans (1995) mengemukakan lima jenis keterampilan yang dibutuhkan oleh seorang manajer, yang mencakup : (1) Cultural flexibility; (2) Communication skills (3) Human Resources Development skills ; (4) Creativity ; dan (5) Self Management of learning. Kelima keterampilan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Cultural flexibility merupakan keterampilan yang merujuk kepada kesadaran dan kepekaan budaya, di mana seorang manajer dituntut untuk dapat menghargai nilai keberagaman kultur yang ada di dalam organisasinya. Kepala sekolah selaku manajer di sekolah sangat mungkin akan dihadapkan dengan warga sekolah, dengan latar kultur yang beragam, baik guru, tenaga administrasi maupun siswa. Oleh karenanya, kepala sekolah diuntut untuk dapat menghargai keberagaman kultur ini.

Communication skill merupakan keterampilan manajer yang berkenaan dengan kemampuan untuk berkomunikasi, baik dalam bentuk lisan, tulisan maupun non verbal. Keterampilan komunikasi amat penting bagi seorang kepala sekolah, karena hampir sebagian besar tugas dan pekerjaan kepala sekolah senantiasa melibatkan dan berhubungan orang lain. Komunikasi yang efektif akan sangat membantu terhadap keberhasilan organisasi secara keseluruhan.
Human Resources Development skills merupakan keterampilan manajer yang berkenaan dengan pengembangan iklim pembelajaran (learning climate), mendesain program pelatihan, pengembangan informasi dan pengalaman kerja, penilaian kinerja, penyediaan konseling karier, menciptakan perubahan organisasi, dan penyesuaian bahan-bahan pembelajaran. Dalam perspektif persekolahan, kepala sekolah dituntut untuk memiliki keterampilan dalam mengembangkan sumber daya manusia yang tersedia di sekolahnya, sehingga mereka benar-benar dapat diberdayakan dan memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan pendidikan di sekolah
Creativity merupakan keterampilan manajer yang tidak hanya berkenaan dengan pengembangan kreativitas dirinya sendiri, akan tetapi juga keterampilan untuk menyediakan iklim yang mendorong semua orang untuk menjadi kreatif. Sehubungan dengan hal ini, seorang kepala sekolah dituntut untuk memiliki keterampilan dalam menciptakan iklim kreativitas di lingkungan sekolah yang mendorong seluruh warga sekolah untuk mengembangkan berbagai kreativitas dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya.
Self- management of learning merupakan keterampilan manajer yang merujuk kepada kebutuhan akan belajar yang berkesinambungan untuk mendapatkan berbagai pengetahuan dan keterampilan baru. Dalam hal ini, kepala sekolah dituntut untuk senantiasa berusaha memperbaharui pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya.

AKHMAD SUDRAJAT
Alamat :
Jln. Raya Kadugede No. 70 Kadugede
Kuningan Jawa Barat 45561 Baca Selanjutnya..
Labels : news investment systems Anti Vir free template car body design

PROGRAM KERJA

PROGRAM KERJA SEKOLAH SD N 2 TAMANREJO KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN KENDAL
TAHUN AJARAN 2009/2010
I. VISI
Berprestasi, bertaqwa, trampil, berbudi luhur, dan mandiri.
II. INDIKATOR
a. Adanya peningkatan prestasi akademik dan non akademik.
b. Dapat meraih 10 besar dalam lomba maper, dan nominasi 10 besar dalam Ujian Sekolah.
c. Adanya kegiatan keagamaan secara efektif dan intensif.
d. Melaksanakan kegiatan hari besar agama.
e. Mempunyai ketrampilan yang sesuai dengan bakat dan lingkungan siswa.
f. Trampil dalam berbahasa dan bersastra, baik bahasa Indonesia maupunj bahasa Jawa. g. Menunjukkan sikap santun dalam bergaul dan bekerja.
h. Menjunjung tinggi kebaikan dan kebajikan.
i. Adanya rasa kekeluargaan dan kebersamaan yang tinggi dalam hati setiap warga sekolah.
j. Mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.
k. Memiliki lingkungan sekolah yang nyaman dan kondusif.
III. MISI
a. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif.
b. Membimbiung siswa untuk melaksanakan ajaran agama yang diyakini.
c. Meningkatkan disiplin warga sekolah.
d. Mengembangkan potensi dan kreativitas siswa.
e. Memotivasi siswa untuk berprestasi dan berkompetisi.
f. Menumbuhkembangkan semangat rasa cinta tanah air.
g. Mengembangkan jiwa seni dan budaya serta kesetiakawanan.
h. Menumbuhkembangkan rasa cinta 7 K (kebersihan, keindahan, keamanan, ketertiban, kekeluargaan, dan kerindangan)
IV. TUJUAN
A. Tujuan Strategis
a. Meningkatkan mutu, efektifitas dan efesiensi penyelenggaraan pendidikan di SD N 2 Tamanrejo.
b. Mengupayakan perluasan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu, seimbang dan kecerdasan intelektual, emosi dan spiritual.
c. Meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas dengan menyiapkan sarana dan prasarana yang efektif dan efesien.
d. Mengikuti proses perkembangan inovasi (innovation development process) dengan masalah atau kebutuhan (problem or need), penelitian (research), penge,mbangan (development), komersialisasi (commercialization), pengembangan dan proses adopsi (deffusion and adaption), konsekuensi (concequences)
B. Tujuan Teknis
a. Menyusun program jadwal kegiatan, dan tata tertib serta diskripsi tugas yang mendukung pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran.
b. Menyiapkan sumner daya menusia dalam melaksanakan pendidikan dan pembelajaran.
c. Melaksanakan sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran.
d. Menyiapkan lingkungan yang mendukung aktivitas sekolah.
V. SASARAN
A. Peserta Didik
a. Prinsip efesiensi dalam belajar
b. Bimbingan prestasi belajar dengan inteligensi
Faktor yang harus diperhatikan siswa di dalam belajar
a. Anak atau individu yang belajar
b. Lingkungan anak
c. Bahan atau materi yang dipelajari
B. Tenaga Kependidikan
a. Tenaga pendidik yang terdiri atas pembimbing, penguji, pengajar dan pelatih.
b. Tenaga pengelola satuan pendidikan yang terdiri atas kepala sekolah
C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan perangkatnya silabus, KKM, RPP
D. Masyarakat dan Komite Sekolah VI. P
ROGRAM KERJA
A. BIDANG UMUM
1. Mengadakan rapat sekolah.
2. Mengadakan rapat pembinaan
3. Mengikuti penataran/pelatihan/workshop
4. Melaksanakan Liburan Sekolah
5. Membudayakan
6 tertib (tertib moral, waktu, kerja,administrasi, laporan dan keuangan)
Melaksanakan 7 K (keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kerindangan, dan kesehatan)
7. Melaksanakan pesantren kilat
8. Melaksanakan kegiatan UKS dan dokter kecil
9. Mempersiapkan program akreditasi sekolah
10. Mengikuti kegiatan 17 Agustus
B. BIDANG PROGRAM PENGAJARAN
1. Menyusun jadwal pelajaran sekolah
2. Menyusun program pelajaran
3. Melakukan pembagian tugas mengajar bagi guru
4. Melaksanakan pemeriksaan persiapan mengajar
5. Melaksanakan program pembelajaran pakem
6. Melaksanakan supervisi kelas
7. Melaksanakan ulangan harian
8. Melaksanakan ulangan tengah semester
9. Melaksanakan ulangan akhir semester
10. Menyusun program ujian akhir sekolah
11. Melaksanakan ujian akhir sekolah
12. Melaksanakan tes kemampuan dasar kelas III
13. Memberikan tambahan pelajaran (les)
C. BIDANG KESISWAAN
1. Melaksanakan penerimaan siswa baru
2. Melaksanakan rekapitulasi kehadiran siswa
3. Melaksanakan pencatatan mutasi siswa
4. Memberikan bimbingan konseling
Melatih dan mengikutkan siswa pada lomba :
a. Popda b. Pekan Seni c. LCC d. MIPA e. Kreativitas siswa, katrampilan f. Mapsi
g. MTQ h. Mapel, siswa teladan i. Pramuka j. Marcing Band k. Karnaval l. Gerak jalan 6. Meraih prestasi pada bidang lomba a. Popda b. Pekan Seni c. LCC d. MIPA e. Kreativitas siswa, katrampilan f. Mapsi g. MTQ h. Mapel, siswa teladan i. Pramuka j. Marcing Band k. Karnaval l. Gerak jalan 7. Meningkatkan prestasi ulangan akhir semester 8. Meningkatkan hasil ujian akhir sekolah
D. BIDANG KETENAGAAN
1. Menginventaris personalia
2. Pembagian tugas lain
3. Merekapitulasi kehadiran guru dan penjaga
4. Mengusulkan mutasi guru/penjaga
5. Mengusulkan formasi guru
6. Mengusulkan PAK
7. Mengusulkan kenaikan pangkat/ golongan ruang
8. Meningkatkan profesional guru dan penjaga
9. Meningkatkan wawasan kependidikan
10. Membuat DP3
11. Mengikuti seleksi guru berprestasi
12. Mengikuti lomba
13. Mengusulkan promosi Kepala sekolah
E. BIDANG SARANA PRASARANA
1. Melakukan inventaris ruangan kelas, kantor, perpustakaan, gudang, dapur, perabot rumah tangga, alat peraga , laboratorium dan mushola
2. Melakukan inventaris barang
3. Melakukan inventaris gedung
4. Inventaris Tanah
5. Pengadaan buku pegangan
6. Pengadaan buku administrasi sekolah
7. Pengadaan alat peraga
8. Pengadaan alat praktik
9. Menambah koleksi perpustakaan
10. Melaksanakan perbaikan/perawatan sekolah 11. Pengadaan alat olah raga : a. Bola Sepak
b. Tenis Meja c. Bulu Tangkis d. Papan catur e. Mini Bridge
12. Pengadaan alat kesenian : a. Rebana b. Keyboard c. Marcing Band
13. Pengadaan Komputer Seperangkat Gamelan F. BIDANG KEUANGAN 1. Menyusun Proker dan RAPBS 2. Mengelola keuangan 3. Melaksanakan pengawasan keuangan 4. Menyusun laporan keuangan G. BIDANG HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT 1. Mengadakan rapat dengan komite 2. Mengadakan rapat dengan orang tua wali siswa 3. Melakukan hubungan dengan pihak instansi terkait 4. Mengadakan hubungan dengan pemerintah desa 5. Mengadakan hubungan dengan lembaga pendidikan lain. H. KEGIATAN EKSTRAKURIKULER 1. Melaksanakan latihan pramuka 2. Melaksanakan latihan kesenian 3. Melaksanakan latihan olah raga 4. Melaksanakan latihan kaligrafi I. LAIN-LAIN 1. Melaksanakan peringatan hari besar agama 2. Melaksanakan peringatan hari besar nasional 3. Mengadakan penglepasan siswa kelas VI 4. Mengadakan karya wisata 5. Santapan Rohani melalui pesantren kilat di bulan Ramadhan 6. Mengadakan kegiatan tengah semester dengan class meeting J. RENCANA PEMBANGUNAN 1. Memasang pintu gerbang sekolah 2. Meneruskan pembangunan pagar karas 3. Program Sekolah Sehat
g. MTQ h. Mapel, siswa teladan i. Pramuka j. Marcing Band k. Karnaval l. Gerak jalan 6. Meraih prestasi pada bidang lomba a. Popda b. Pekan Seni c. LCC d. MIPA e. Kreativitas siswa, katrampilan f. Mapsi g. MTQ h. Mapel, siswa teladan i. Pramuka j. Marcing Band k. Karnaval l. Gerak jalan 7. Meningkatkan prestasi ulangan akhir semester 8. Meningkatkan hasil ujian akhir sekolah D. BIDANG KETENAGAAN 1. Menginventaris personalia 2. Pembagian tugas lain 3. Merekapitulasi kehadiran guru dan penjaga 4. Mengusulkan mutasi guru/penjaga 5. Mengusulkan formasi guru 6. Mengusulkan PAK 7. Mengusulkan kenaikan pangkat/ golongan ruang 8. Meningkatkan profesional guru dan penjaga 9. Meningkatkan wawasan kependidikan 10. Membuat DP3 11. Mengikuti seleksi guru berprestasi 12. Mengikuti lomba 13. Mengusulkan promosi Kepala sekolah E. BIDANG SARANA PRASARANA 1. Melakukan inventaris ruangan kelas, kantor, perpustakaan, gudang, dapur, perabot rumah tangga, alat peraga , laboratorium dan mushola 2. Melakukan inventaris barang 3. Melakukan inventaris gedung 4. Inventaris Tanah 5. Pengadaan buku pegangan 6. Pengadaan buku administrasi sekolah 7. Pengadaan alat peraga 8. Pengadaan alat praktik 9. Menambah koleksi perpustakaan 10. Melaksanakan perbaikan/perawatan sekolah 11. Pengadaan alat olah raga : a. Bola Sepak Baca Selanjutnya..
Labels : news investment systems Anti Vir free template car body design

Program Sekolah Siaga Bencana


Pada tanggal 16-26 Februari 2009 UNESCO, bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akan melaksanakan kegiatan program peningkatan kemampuan (capacity building) Sekolah Siaga Bencana (SSB) di tiga sekolah di kota Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Program yang bertujuan untuk membangun generasi baru yang siaga bencana ini akan dilakukan di tiga sekolah yaitu SD Waioti, SMP 1 dan SMA 1.

Berdasarkan sejarah kegempaan, Maumere NTT – Flores, pernah mengalami beberapa kali gempa bumi. Bencana gempa dan tsunami terakhir di daerah ini terjadi pada tahun 1992, dengan korban 1952 meninggal dan 2126 luka-luka. Karena itu kesiapsiagaan masyarakat dan sekolah menjadi suatu yang mutlak.

Dari hasil kajian UNESCO dan LIPI, komunitas sekolah termasuk dalam kelompok masyarakat rentan dengan tingkat kesiapsiagaan yang masih minim. Kajian yang sama juga dilakukan di Kabupaten Sikka, dengan hasil yang tidak jauh berbeda. Rendahnya nilai indeks kesiapsiagaan komunitas sekolah di Kabupaten Sikka dikarenakan tidak ada satu parameterpun yang masuk kategori siap, dari lima parameter kesiapsiagaan bencana (parameter yang digunakan adalah: Pengetahuan dan sikap; Kebijakan; Rencana tanggap darurat; Peringatan Dini; dan mobilisasi sumber daya).

Menurut Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI, Dr. Yugo Kumoro, topografi kota Maumere relatif datar, dimana sebagian besar dataran pantai dihuni oleh masyarakat. “Secara geologis, tanah dan batuan penyusunnya terdiri dari pasir aluvial atau bersifat lepas dan belum mengeras”, jelasnya. “Kondisi tanah yang demikian mempunyai tingkat kerentanan yang tinggi terhadap goncangan gempa.”

Kegiatan yang dilakukan akan berupa bimbingan dan pengetahuan cara penyelamatan bencana gempa bumi dan tsunami; Penyusunan draft protap sekolah; Pelatihan dan pelaksanaan dari draft protap tersebut. Selain pelatihan yang diberikan kepada guru dan siswa, juga akan dilaksanakan simulasi yang akan melibatkan seluruh elemen sekolah serta masyarakat sekitar sekolah.

Pada hari simulasi sekolah siaga bencana, Rabu, tanggal 25 Februari 2009 direncanakan akan dihadiri oleh Direktur UNESCO, Prof. Hubert J Gijzen; Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan dan Kebumian LIPI, Dr. Hery Harjono; dan Christine Hakim sebagai Duta untuk UNESCO (Good Will Ambassador for UNESCO).

sumber: kompas Baca Selanjutnya..
Labels : news investment systems Anti Vir free template car body design

DEMI MASA




Segmen waktu telah melaju ke angka 1430 Hijriyah. Terdapat 3 tipe manusia seiring dengan perubahan waktu, yaitu:

1. Manusia yang beruntung.
Ini adalah mereka yang berubah lebih baik, orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.

2. Manusia yang rugi.
Mereka yang tidak berubah akan termasuk dalam tipe ini, yaitu orang yang hari ini sama dengan hari kemarin, dan hari esok sama dengan hari ini.

3. Manusia yang celaka,
yaitu jika ia berubah menjadi lebih jelek, yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, dan hari esok lebih buruk dari hari ini.

Tentu semua orang ingin masuk ke dalam golongan yang beruntung, untuk itu diperlukan perubahan ke arah yang lebih baik. Tetapi pada umumnya ada 3 alasan seseorang tidak mau berubah, yaitu:

1. Tidak tahu.

Jika ada orang yang tidak mau berubah karena tidak tahu, maka solusinya adalah membuat mereka menjadi tahu bahwa mereka harus berubah. Bisa dengan cara memperbanyak majelis ilmu, karena mencari ilmu adalah kewajiban.
Misalnya seseorang yang menyimpan uangnya di bank dengan sistem riba, karena dia belum tahu jika riba haram hukumnya. Mestinya orang tersebut juga berkewajiban untuk mencari ilmu tentang sistem perbankan yang halal.

2. Tidak bisa.

Penyebab seseorang merasa tidak bisa berubah adalah karena ia enggan berpisah dengan segala kesenangan dunia yang telah ia rasakan.
Misalnya seseorang merasa tidak bisa menghentikan kebiasaannya korupsi karena telah merasakan mudahnya memperoleh harta dengan cara tersebut.

3. Tidak mungkin.

Seseorang merasa mustahil bisa berubah bisa jadi karena khawatir terhadap akibat buruk yang tidak diinginkan.
Misalnya seseorang merasa tidak mungkin mengubah cara berpakaiannya karena khawatir akan diberhentikan dari tempatnya bekerja.

Akhir kata: “Sesungguhnya kehidupan dunia adalah kesenangan sesaat yang menipu”

Semoga bermanfaat.

disarikan dari Kajian “Tazkiyatun Nafs”
oleh Drs. H. Syatori Abdul Rouf
di Masjid Al Munawaroh Kompleks eks-Kowilhan Timoho Yogyakarta
Ahad, 30 Dzulhijjah 1428 Baca Selanjutnya..
Labels : news investment systems Anti Vir free template car body design

DEMI MASA


Segmen waktu telah melaju ke angka 1430 Hijriyah. Terdapat 3 tipe manusia seiring dengan perubahan waktu, yaitu:
1. Manusia yang beruntung.
Ini adalah mereka yang berubah lebih baik, orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.
2. Manusia yang rugi.
Mereka yang tidak berubah akan termasuk dalam tipe ini, yaitu orang yang hari ini sama dengan hari kemarin, dan hari esok sama dengan hari ini.
3. Manusia yang celaka,
yaitu jika ia berubah menjadi lebih jelek, yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, dan hari esok lebih buruk dari hari ini.
Tentu semua orang ingin masuk ke dalam golongan yang beruntung, untuk itu diperlukan perubahan ke arah yang lebih baik. Tetapi pada umumnya ada 3 alasan seseorang tidak mau berubah, yaitu:
1. Tidak tahu.
Jika ada orang yang tidak mau berubah karena tidak tahu, maka solusinya adalah membuat mereka menjadi tahu bahwa mereka harus berubah. Bisa dengan cara memperbanyak majelis ilmu, karena mencari ilmu adalah kewajiban.
Misalnya seseorang yang menyimpan uangnya di bank dengan sistem riba, karena dia belum tahu jika riba haram hukumnya. Mestinya orang tersebut juga berkewajiban untuk mencari ilmu tentang sistem perbankan yang halal.
2. Tidak bisa.
Penyebab seseorang merasa tidak bisa berubah adalah karena ia enggan berpisah dengan segala kesenangan dunia yang telah ia rasakan.
Misalnya seseorang merasa tidak bisa menghentikan kebiasaannya korupsi karena telah merasakan mudahnya memperoleh harta dengan cara tersebut.
3. Tidak mungkin.
Seseorang merasa mustahil bisa berubah bisa jadi karena khawatir terhadap akibat buruk yang tidak diinginkan.
Misalnya seseorang merasa tidak mungkin mengubah cara berpakaiannya karena khawatir akan diberhentikan dari tempatnya bekerja.
Akhir kata: “Sesungguhnya kehidupan dunia adalah kesenangan sesaat yang menipu”
Semoga bermanfaat.
disarikan dari Kajian “Tazkiyatun Nafs”
oleh Drs. H. Syatori Abdul Rouf
di Masjid Al Munawaroh Kompleks eks-Kowilhan Timoho Yogyakarta
Ahad, 30 Dzulhijjah 1428 Baca Selanjutnya..
Labels : news investment systems Anti Vir free template car body design

DEMI MASA

Baca Selanjutnya..
Labels : news investment systems Anti Vir free template car body design

Wisata Ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta





Baca Selanjutnya..
Labels : news investment systems Anti Vir free template car body design

Refresh & Wisata






Kamis, 2 Juli 2009 siswa kelas VI SD Negeri 2 Tamanrejo dengan didampingi Orang Tuanya mengadakan refresh and wisata dengan dua armada Bus menuju ke Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekedar oleh-oleh atau berbagi pengelaman, kalau Anda pergi dengan rombongan persiapkan saja surat jalan/ surat keterangan, karena masing-masing tempat wisata memberikan diskoun. Berikut ini beberapa lokasi yang kami tuju :
Menumen Yogya Kembali
Tanda masuk 5.000, anak-anak dan dewasa sama saja, diskount 10 persen, parkir 1 bus 10.000
Di Monumen Yogya Kembali kita akan diingatkan masa perjuangan para pahlawan yang digambarkan dengan diorama. Sangat bagus bagi generasi muda untuk bisa mengenal perjuangan para Pahlawan.
Museum Pusat TNI Angkatan Udara DIRGANTARA MANDALA
Sumbangan untuk perawatan hanya 2.500 masih dapat diskount 10 persen. Parkir 1 bus 10.000. Mau motret ijin kamera murah hanya 1.000 juga disediakan pemandu.
Disini Anda bisa melihat perkembangan jenis-jenis pesawat terbang yang pernah dimiliki oleh Bangsa Indonesia sejak dari masa perjuangan sampai sekarang. Jangan lupa Anda menyempatkan mampir di Museum Dirgantara, okey banget.
Kebun Raya dan kebun Binatang GEMBIRA LOKA
Tua muda, anak kecil tiketnya hanya 10.000 masih dapat diskount 10 persen, sedangkan parkir Bus 10.000
Baik sekali untuk melihat dari dekat macam-macam flora dan fauna
Taman Pintar
Rombongan minimal 30 orang tiket masuk 12.500, kalau sendiri 15.000, parkir bus 20.000. Biasanya di sekitar area parkir kita ditawari abang beca menuju ke Taman Pintar hanya 1.000 - 2.000. Di sekitar Taman Pintar disediakan arena bermain yang bikin anak jadi cerdas, pengembangan daya imajinasi, cocok buat semua anak dan dewasa. Asik banget. Nah dari Taman Pintar kita bisa jalan-jalan menyusuri jalan sambil lihat gedung peninggalan Belanda, terus sampai ke Malioboro. Kalau di Malioboro apabila Anda membeli barang tolong di tawar. Misalnya Sandal dibandrol 25.000 kita tawar 10.000 sudah diberikan. Penjualnya gak marah kok.... meraka ramah-ramah. Baca Selanjutnya..
Labels : news investment systems Anti Vir free template car body design